| | Kategori:

Kehamilan dan Pekerjaan



SAAT mengetahui sedang hamil, seorang perempuan yang bekerja harus mulai menyusun langkah, mempersiapkan diri mendelegasikan pekerjaannya kepada rekan kerja yang lain, dan ini tidak mudah.

Bagi perempuan kerja yang hamil, kondisi ini jelas membawa konsekuensi yang besar bagi pekerjaannya. Dia harus mulai memikirkan cara membagi waktu antara menjaga kehamilannya dan bekerja di kantor. Kondisi kesehatan yang mungkin menurun, emosi yang tidak stabil, bisa jadi memengaruhi kinerjanya.

Berhubungan dengan kondisi di kantor, saat seorang mengetahui kalau dia sedang hamil, langkah pertama yang harus dilakukan adalah jangan terburu-buru memberi tahu kantor tentang kondisi ini. Pasalnya, kehamilan tersebut mau tak mau akan membawa konsekuensi pada produktivitas Anda dan nantinya mereka harus mencari pengganti Anda selama cuti melahirkan. Bagi banyak orang, ini tidak nyaman.

Karena itulah, saat mengetahui kehamilan ini lebih baik sampaikan terlebih dahulu kepada keluarga dan orang-orang terdekat. Intinya, jangan sampaikan berita tersebut sebelum memiliki rencana pasti tentang kehamilan dan bagaimana mengatasi pekerjaan di kantor.

Abby Carr, seorang managing director di sebuah perusahaan konsultan memberi beberapa saran mengenai apa saja yang harus dipersiapkan sebelum seseorang memberitahukan tentang kehamilannya kepada atasan atau perusahaan.

Pertama, dia harus tahu kapan, berapa lama, dan sampai kapan dia akan cuti. Walaupun mungkin dia sendiri belum pasti mengenai hal tersebut, dia harus bisa menyampaikannya kepada perusahaan. Intinya, dia tidak bisa sembarangan memutuskan cuti dan mengatakan bahwa dia akan kembali saat kondisinya benar-benar sudah stabil.

”Penetapan waktu penting agar atasan dan perusahaan bisa memprediksi dan mengatur rencana selama kepergian si pekerja, sekaligus bisa membangun harapan sesuai kondisi yang telah dikatakan si pekerja,” kata Carr,seperti dikutip dari careerbuilder.com.

Kedua, cari tahu siapa yang akan menggantikan posisi selama cuti hamil berlangsung. Lakukan rapat atau konsolidasi dengannya, paling tidak sebulan sebelum waktu cuti. Saat mendekati persalinan, apa pun bisa terjadi. Bisa saja persalinan datang lebih cepat. Jika ini terjadi, sang pengganti harus sudah siap dengan tugas baru yang akan diembannya.

Ketiga, tentukanlah suatu kondisi tertentu di dalam pekerjaan yang membuat orang kantor boleh menghubungi Anda selama Anda cuti. Ini demi menunjukkan dedikasi dan loyalitas Anda kepada perusahaan. Setidaknya, hal ini juga menunjukkan bahwa Anda sangat dibutuhkan oleh perusahaan.

”Yang pasti, dia tetap akan kembali ke pekerjaan tersebut. Karena itulah, dia harus tetap menjaga nama baiknya,” ungkap Carr.

Keempat, pahami hak dan kewajiban. Selesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab sebelum cuti. Kalau perlu, lakukan semua tugas sebelum deadline untuk mencegah persalinan yang maju dari jadwal yang ditetapkan.

Nah, jika dia memutuskan untuk tidak kembali lagi bekerja setelah cuti, maka sampaikan niat ini beberapa minggu sebelum masa cuti berakhir. Ini demi kenyamanan banyak pihak, baik si pekerja maupun perusahaan.
Bagi rekan kerja yang menanggung beban

Bagi mereka atau satu orang yang diberikan tanggung jawab menangani pekerjaan yang ditinggalkan rekan kerja yang sedang cuti hamil, ini tentu tidak mudah. Dia juga membutuhkan banyak bantuan dari rekan-rekan yang lain untuk mengerjakan tanggung jawab tersebut.

Meski begitu, bagi si pengganti, inilah saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa dia tak hanya sanggup menjadi anggota tim yang baik, tapi juga individu yang bisa diandalkan dan mampu menunjukkan hasil kerja yang baik walau dalam kondisi penuh tekanan.

”Saat si pekerja kembali dari cuti hamil, si pengganti mungkin akan kembali pada posisi lamanya. Namun, atasan dan perusahaan akan mencatat hasil kerjanya selama menjadi pengganti. Jika dia membuat prestasi yang bagus, bisa jadi pekerjaan yang lebih baik menantinya,” kata Carr.

Untuk mencapai prestasi tersebut, Carr menyarankan beberapa hal untuk si pengganti. Pertama, dia harus memiliki tempat bertanya jika menemui kesulitan. Carilah semacam mentor atau pembimbing di tempat kerja yang bisa memberikan bimbingan, terutama di minggu-minggu awal menangani pekerjaan baru tersebut.

Kedua, ketahui kepada siapa harus melapor dan bagaimana standar pekerjaan yang baik menurut si atasan.
Yang pasti, jika masa cuti sudah tiba, si ibu harus benar-benar beristirahat dari pekerjaannya di kantor. Dia harus meluangkan waktu sepenuhnya untuk bayinya. Jangan pula timbul rasa khawatir pada pekerjaan yang ditinggalkan karena bisa jadi dia akan takjub bahwa semuanya bisa berjalan lancar tanpa kehadirannya.

Sumber: Rumah Cantik Citra



Bookmark and Share

ANDA MUNGKIN TERTARIK DENGAN ARTIKEL INI:

0 komentar for "Kehamilan dan Pekerjaan"

Komentar Anda

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Komentar Terbaru

Posting Terbaru